Kamis, 11 Juni 2009

Air dan Minyak Bersatu Dalam Titik Api

Pada tahun 1976, ketenangan musik Indonesia diganggu dengan munculnya sebuah album fenomenal dari Harry Roesla dan kawan-kawan yang berjudul “Titik Api”. Album ini merepresentasikan kedigdayaan dan kejayaan musik dan kesenian Indonesia. penggabungan musik diatonik dan pentatonik menjadi suatu hal yang tidak lazim. Dicerca, dimaki, dikutuk pada masa itu adalah makanan sehari-hari sang pencipta Titik Api.

33 tahun berlalu, Titik Api menjelma menjadi sebuah karya masterpieces Harry Roesli. Menjadi sebuah legenda dalam kenangan, menjadi panutan persandingan modern dan kontemporer yang selaras, serasi dan enak didengar.

Anak-anak muda yang mengusung semangat Harry Roesli dalam berkarya dan melakukan seni merangcang sebuah acara persembahan bagi Titik Api. Acara yang bertempat di Sabuga (Sasana Budaya Ganesha) pada hari Jumat 5 Juni 2009 kemarin ini di selenggaran oleh Rumah Musik Harry Roesli (RMHR).

Acara berjalan dnegan sangat meriah, selain diisi oleh belasan siswa RMHR, acara ini juga di meriahkan oleh Ipang, Dira, Netta, Trie Utami, Candil, Rama Jaque Mate, Ary Juliant. Acara berlangsung daru pukul 8 malam hingga pukul 10. Klimaks acara dilengkapi dengan nyanyian dari Harry Roesli tentang Indonesia dalam lagunya “Jangan Menangis Indonesia”.

Untuk acara ini sendiri, pihak RMHR mengaku tidak menyediakan tiket melainkan undangan. Selain teman lama Harry Roesli, mereka juga mengungdang kalangan mahasiswa yang kebanyakan berkuliah di jurusan musik. Sebagian mahasiswa terlihat sangat antusias menyaksikan pagelaran musik ini, sebagian dari mereka datang dan sekalian mengerjakan tugas kuliah.

Acara ini menjawab semua kerguan tentang RMHR selepas ditinggal almarhum Harry Roesli. Dikejauhan setelah acara selesai, anak-anak muda terlihat begitu bersemangat terbakar pesan yang disampaikan Harry Roesli melalui teman-teman yang ada di Titik Api tentang kesenian dan kebudayaan Indonesia.

Sepertinya acara seperi ini harus diselenggarakan secara berkala agar krisis kebudayaan yang terjadi di Indonesia dapat dikikis secara perlahan, terutama dikalangan anak muda Indonesia sekarang.

Sumber :
www.youtube.com

8 komentar:

  1. betul! semoga RMHR selalu abadi dan dikenang.

    BalasHapus
  2. RMHR tetap dihati..

    BalasHapus
  3. HR emang gak ada matinya, apalagi anak2 didiknya (saya juga pernah termasuk, hehe).. bang harry tetap di hati.. jadi kangen baca blognynya...

    BalasHapus
  4. RMHR mah, aing pisaaan

    BalasHapus
  5. Reading with heart :
    siapa yang pernah jadi anak didik RMHR??wiii keren tuh

    BalasHapus
  6. kemaren saya nonton acara ini. bener bener nyentuh pas diputerin lagu HR alm. bewwwww

    BalasHapus
  7. Musik ga ada matinya. Sosok Alm. Harry Roesly selalu di hati.

    BalasHapus